Sejarah Ikan Koi, Definisi dan Perkembangannya di Indonesia

Sejarah Ikan Koi

sejarah ikan koi

Sejarah Ikan Koi – Koi berasal dari kata ‘Nishikigoi’ atau ‘NishikiKoi’. Terdiri dari 2 kata yaitu ‘Nishiki’ yang artinya ‘kain  bersulam emas/perak’ dan ‘Koi’ yaitu ‘Ikan Mas/Ikan karper’. Koi dalam bahasa Jepang  bisa berarti ‘cinta’ atau ‘percintaan’.

Orang Jepang lebih mengenal Nishikigoi ketimbang Koi. Bila anda bertanya tentang Koi kepada orang Jepang, maka yang ditunjuk adalah ikan mas untuk dikonsumsi.

Mengapa orang Jepang menyebutnya ‘Nishikigoi’ ?

Karena memang Koi memiliki pola dan warna yang indah dan beraneka ragam seperti ornamen pada  kain yang mereka pakai.

Sebelum perang dunia ke-2, Nishikigoi sempat popular dengan beberapa nama antara lain ; Colored Koi, Flowery Koi, Figured Koi atau Fancy Koi. Tetapi selama masa perang, pemerintah Jepang melarang penggunaan kata Colored atau Flowery. Dan sejak saat itu namanya menjadi ‘Nishikigoi’.

Kata ‘Koi’. pertama kali dipakai sekitar 2.500 tahun yang lalu di Cina, yaitu pada tahun 533 SM. Ketika anak laki-laki dari Confucius (Kong-Zi) lahir, Raja Shooko dari kerajaan  Ro (Lu) memberinya hadiah berupa ikan yang diberi nama Koi.

Koi akhirnya dikenal sebagai  sebutan singkat dari Nishikigoi.  Berlaku universal untuk memberi nama ikan sejenis ikan mas yang memiliki berbagai pola dan warna yang indah di punggungnya.

Di Jepang, Koi  telah mendapat berbagai julukan  antara lain, ‘Samurai Fish’, ‘Kokugyo’ dan  ‘National Fish’. Ada juga yang menjulukinya dengan  “The Living Jewels”,  “Swimming Jewels”, “King Of Ornamental Fish” dll.

Asal-usul Ikan Koi

Apakah benar ikan Koi  pertama kali lahir di Jepang ?

Tak ada seorangpun yang mengetahui secara pasti, darimana  Koi ini sebenarnya berasal. Tapi banyak yang percaya bahwa ikan karper biasa (Cyprinus Carpio) awalnya berasal dari Persia dan Asia Barat.

Kemudian ikan karper tersebut  masuk ke Cina dan Korea melalui transaksi perdagangan atau kemungkinan bersama aliran air alami, pada sekitar 1.000 tahun yang lalu.   Dalam  sebuah  partitur Cina  kuno yang ditulis pada era  Dinasti Chin (265 – 316 M) terdapat sekelumit penjelasan tentang ikan karper dengan warna merah, putih, hitam dan biru.  Di Jepang, pada sekitar tahun 1.300, Ikan karper kehitam-hitaman ditengarai juga telah dipelihara oleh para petani untuk dikonsumsi pada musim panas. Ikan karper itu diberi nama Magoi. ‘Ma’ (bahasa Jepang) artinya asli, tulen atau orisinil, sedangkan ‘Goi’ atau Koi artinya  ikan karper warna-warni. Dengan demikian Magoi diyakini sebagai asal usul Koi.

Menjelang akhir musim gugur, ikan karper tersebut ditangkap dan diasinkan sebagai tambahan lauk selama musim dingin. Tetapi pada sekitar tahun 1.800 M, sebagian petani padi di Niigata tepatnya di desa Yamakoshi, Prefektur Ojiya dekat pantai barat laut Jepang, menemukan ikan karper yang berwarna merah dan putih. Kemudian mereka memutuskan untuk membudidayakan ikan-ikan tersebut.

Selanjutnya ikan karper tersebut secara selektif dikembangkan  melalui teknik perkawinan silang (cross breeding), hingga dapat  menghasilkan  ikan dengan berbagai pola dan warna.

Dongeng Seputar Koi

Dalam Buku Nishonsoki dipetik sebuah kisah sebagai bagian dari sejarah ikan koi. Konon pada suatu hari, Kaisar Kejkou mengunjungi propinsi Mino pada bulan Februari tahun 94 M.

Ketika melihat seorang anak perempuan dari Pangeran Yasakairihiko Otohime, sang Kaisar seketika jatuh hati pada pandangan pertama. Begitu mendengar keinginan Kaisar untuk mempersuntingnya, sang putri menolak dan melarikan diri ke dalam hutan.

Kaisar tak kekurangan akal. Agar sang putri tertarik, Kaisar mengambil  sepasang ikan Koi yang baru saja didatangkan dari Cina. Mendengar kabar tersebut sang putri penasaran dan ingin sekali melihatnya.

Aneh bin ajaib, sang putri akhirnya bersedia keluar hutan dan memenuhi undangan makan malam Kaisar sekaligus melihat keindahan ikan Koi. Sang putri yang semula menolak cinta sang Kaisar akhirnya dapat menerima dan mereka saling jatuh cinta atau dalam bahasa Jepang disebut ‘Koi’. Mungkin dari cerita inilah kata Koi makin berkembang untuk menyebut ikan yang dapat membuat jatuh hati.

Pengembangan Nishikigoi di Jepang

Nishikigoi  di Jepang pertama kali dikembangkan pada sekitar tahun 1820. Varitas pertama yang dihasilkan pada waktu itu adalah ‘Hi-Goi’, ‘Hi’ berarti merah (api), Asagi dan Bekko. Sejak saat itu harga Nishikigoi menjadi semakin mahal.

Daerah yang khusus memproduksi Nishikigoi awalnya adalah di desa Nagaoka (sekarang Niigata). Nishikigoi terus dikembangkan dan sampai pada era Dinasti Meiji (1875 M) terciptalah varitas baru yakni Ki-Utsuri.

Kemudian pada era Taisho (1912-1926), telah  diternakkan  beberapa  varitas lainnya seperti Shiro Utsuri, Ki Utsuri, Taisho Sanshoku  dan Kohaku.

Pada era Dinasti Showa muncullah Ginrin, Ogon dan Kawarimono.

Pada sekitar tahun 1900,  ikan karper kaca (Mirror Carp) berwarna hitam didatangkan dari Jerman.

Sesuai namanya, sisik ikan karper kaca ini tidak lengkap atau nyaris tanpa sisik dan badannya licin seperti kaca.

Konon yang didatangkan 50 ekor, sedangkan yang hidup hanya 5 ekor yakni 4 ekor betina jenis leather carp (tanpa sisik  sama  sekali )  dan  1  ekor    jantan dengan sisik besar (mirror carp) di punggung dan perut.

Melalui persilangan dengan Koi yang sudah ada, maka lahirlah Doitsu Nishikigoi. ‘Doitsu’ (baca doits) dalam bahasa Jepang artinya ‘Jerman’ (Deutche).

Koi pertama kali diekspor keluar Jepang pada tahun 1938 ke San Fransisco AS. Kemudian ke Hawai (1947), Kanada (1949) dan Brasil (1953). Koi kemudian dipelihara di seluruh dunia sejak awal tahun 1980 dan kini budidaya Koi telah menjadi industri besar di Jepang.

Sejarah Ikan Koi di Indonesia

Koi pertama kali  masuk ke Indonesia sekitar tahun 1981 -1982 yang kala itu didatangkan oleh Dragon Feng dan Hani Moniaga, langsung dari Jepang. Sejak saat itu, Koi mulai dipelihara dan makin populer di Indonesia.

Setahun sebelumnya, pemerintah Indonesia mengirimkan 60 ekor ikan Kumpay (Ikan mas dengan sirip panjang) berwarna hijau dan kuning dari daerah Bogor dan Cibalagung (Jawa Barat) kepada Pangeran Akihito untuk disilangkan dengan Koi Jepang.

Sepuluh tahun kemudian Pangeran Akihito mengirimkan kembali ke Indonesia hasil silangan tersebut yaitu sebanyak 50 ekor kumpay silangan yang kemudian disebut Hirenaga Koi. Silangan tersebut terdiri dari Platinum (1982), Kohaku (1993), Asagi dan Shusui (1988) serta Taisho Sanshoku (1989).

Sentra Budidaya Koi di Indonesia.

 Awal mula budidaya Koi dilakukan oleh peternak ikan di daerah Sukabumi Jawa Barat sekitar tahun 1982. Kemudian pada tahun 1986, ada seorang petani membawa sejumlah bibit Koi ke daerah Blitar untuk dibudidayakan. Sejak saat itulah Koi mulai ramai dibudidayakan di kedua daerah tesebut.

Popularitas Koi sebagai ikan penghias kolam membuat harganya menjadi  makin mahal, sempat menggeser ikan Mas dan ikan Gurami sebagai produk utama perikanan air tawar. Para petani ikan konsumsi kemudian beralih membudidayakan Koi sebagai sumber penghasilan mereka.

Hingga saat ini, sentra budidaya Koi terutama berada di Blitar dan Sukabumi, juga daerah lainnya seperti Banjarnegara, Cianjur, Bandung (Jawa Barat), Klaten, Magelang (Jawa tengah),  Magetan, Kediri, Tulung Agung (Jawa Timur) dan daerah lainnya di pulau Jawa.

Kian hari, kualitas Koi yang diproduksi oleh para pembudidaya Koi di daerah tersebut makin meningkat, terutama Koi yang berasal dari daerah  Blitar yang telah mampu bersaing dengan Nishikigoi (Koi eks impor Jepang) pada berbagai acara Kontes Koi (Koi Show)

Sejarah Ikan Koi Menurut Sebuah Buku Kuno

Asal Usul Ikan KoiAda sebuah buku kuno yang pertama kali memuat informasi tentang sejarah ikan koi di Jepang. Buku itu berjudul “Nouka no Fukugyouteki youri-hou” terjemahan bebasnya kurang lebih “Mengembangkan Koi sebagai Bisnis Sampingan Di Daerah Pertanian” . Buku dengan tulisan kanji ini  ditulis oleh Hidekane Koshida, yang diterbitkan oleh Asosiasi Pertanian Prefektur Nigata.

Asal usul ikan koi awalnya adalah ketika itu di Jepang ditemukan ikan mas dengan warna merah dan putih atau mereka menyebutnya ‘Sarasa” yaitu pada era  antara Bunka dan Bonse(1804 ~ 1829)  ke periode Tenpou  (1830 ~ 1843)

Menurut buku tersebut, perkembangan ikan Koi pada garis besarnya adalah sebagai berikut :

  1. Pada awalnya, tidak hanya Magoi (ikan mas hitam) yang diternakkan oleh petani di sana sebagai ikan konsumsi, tetapi ada juga beberapa jenis Higoi (ikan mas kemerahan) dan Shirogoi (ikan mas putih) yang sedang dikembangkan.
  2. Setelah itu muncul Koi putih dengan bercak2 warna di bagian perut sebagai hasil persilangan antara Higoi dan Shirogoi.
  3. Kemudian dihasilkan juga Koi putih dengan bercak warna di bagian penutup insang Mereka menyebutnya “Houaka” (pipi merah) atau “Sutton.”
  4. Perkembangan budidaya koi semakin pesat selama periode zaman kekaisaran ‘Tenpou’, yaitu dengan munculnya koi  “Zukin-kaburi” yaitu koi putih dengan bercak warna merah di setengah dahi), “Men-kaburi” (koi putih dengan pola warna merah di seluruh kepala), dan ” Kuchibeni ”(koi putih dengan tanda merah di bibir).
  5. Hasil perkawinan silang antar koi terus berlanjut hingga menghasilkan “Sarasa” (koi putih dengan warna merah di bagian punggung .

Itulah sekadar infomasi asal usul ikan koi ‘Sarasa’ yang ditulis oleh Koshida. Entah apa dasar teorinya bahwa koi putih dengan bercak warna merah diproduksi dari hasil kawin silang antara Higoi dan Shirogoi.  Padahal sesungguhnya, penampakan warna merah pada bagian perut persis sama dengan proses munculnya warna merah pada Narumi Asagi.

Asal Usul Ikan Koi

Kohaku dan Ki Utsuri di era Taisho

Asal Usul Ikan KoiKoi putih dengan pola  warna merah telah diketahui  sejak  awal abad ke-19, atau boleh saja dikatakan bahwa ada beberapa ikan koi yang  lahir pada abad ke-18. Apakah  koi dengan nama “Houaka” dan “Sutton” berasal dari waktu itu, Koshida juga tidak mengetahuinya.

Ketika ikan Koi semakin populer di Jepang kala itu, maka jumlah pembudidaya  koi juga semakin meningkat pesat. Beberapa koi yang harganya mahal mulai muncul di pasaran sekitar tahun 1875 di era Meiji (1868 -1912).  Oleh sebab itu, awal Industrialisasi ikan mas berwarna dapat dikaitkan dengan era Meiji  ini.

Pada tahun 1889, masih di era Meiji, Koi Sarasa kemudian dikenal dengan Kohaku dengan pola dan warna yang lebih baik. Yang paling terkenal adalah “Gosuke Sarasa” yang dikembangkan oleh Kunizou Hiroi dengan nama farm Utogi-no-Gosuke) dari desa Higashiyama.

“Gosuke Sarasa” yang belakangan dikenal dengan ‘Gosuke Kohaku’ sangat unggul.  Selama era Meiji, beberapa blood line (garis keturunan) yang sangat baik dihasilkan oleh Tarokichi Hiroi dari farm Utogi-no-Eisuke)

Ki Utsuri juga sudah terlihat di era Meiji. Eizaburou Hoshino menghasilkan garis produktif yang melimpah pada tahun 1921 dan garis menjadi jenis koi yang tetap. Ki Utsuri pernah dikatakan lebih mahal daripada emas.

Selama era Taisho, Asazou Takano dari Gennojou di Takezawa, dan selama era Showa, Genji Hoshino dari Tomoin di Takezawa menghasilkan banyak Kohaku yang indah.

Itu adalah kebetulan bahwa Heitarou Satou dari Heiemon di Uragara menghasilkan Sanke. Kemudian, Eizaburou Hoshino memperoleh koi dan menambahkannya ke orang tua koi-nya. Dari persimpangan ini, berbagai koi berwarna tiga yang luar biasa dihasilkan. Dia menamai mereka Taisho Sanshoku.

Pada tahun 1914 yaitu pada era Taisho, para pembudidaya koi  di daerah penghasil utama yaitu di desa Higashi Yamamura dan Takezawa,  berdiskusi dan menampilkan 23 koi pilihan dengan nama “kawarigoi” untuk ditampilkan pada sebuah acara pameran koi. Pada acara itu juga hadir putra mahkota  mengamati dengan sangat antusias. Sejak saat itu, popularitas koi sebagai ikan hias semakin popular secara nasional.

Tahun berikutnya, beberapa pedagang koi datang dari Kyoto dan banyak transaksi jual beli dengan harga yang melonjak tinggi. Masyarakat setempat akhirnya yakin bahwa pertanian koi bisa menjadi bisnis yang menjanjikan.

Selama era Taisho, Asazou Takano dari Gennojou di Takezawa, dan selama era Showa, Genji Hoshino dari Tomoin di Takezawa menghasilkan banyak Kohaku yang baik kualitasnya.

Suatu kebetulan bahwa Heitarou Satou dari Heiemon di Uragara menghasilkan varitas Sanke. Kemudian, Eizaburou Hoshino mengembangkan lebih lanjut  dan dari hasil persilangan diperoleh koi  dengan 3 warna , yaitu merah putih dan hitam yang kemudian diberi nama Taisho Sanshoku (Sanke).

Ki Utsuri

Ki Utsuri sesungguhnya sudah terlihat di era Meiji. Eizaburou Hoshino kemudian menghasilkan koi yang melimpah pada tahun 1921 dengan andalannya koi jenis  Ki Utsuri . Kala itu pernah dikatakan bahwa Ki Utsuri lebih mahal daripada emas.

Pada tahun 1924 pada era Taisho 13, Kazuo Minemura dari Mushigame, desa Outa berhasil dalam memproduksi Shiro Utsuri. Tahun berikutnya banyak dihasilkan Shiro Utsuri, namun masih dianggap sebagai  koi jenis baru.

Selanjutnya koi secara aktif ditampilkan pada berbagai acara pameran  dan secara bertahap melampaui ikan mas sebagai ikan hias di kolam musim semi. Orang-orang mencoba mengekspornya dan beberapa sampel koi dikirim keluar Jepang pertama kali ke ke San Francisco.

Sejarah koi di era Showa tidak lepas dari seorang yang bernama Shinnosuke Matsubara. Dia adalah Kepala Sekolah Pelatihan Pertanian dan Perdagangan Perikanan yang pertama kali mengimpor ikan karper kaca dari Jerman pada tahun 1904. Dari perkawinan antara ikan karper Jerman dan ikan koi lokal Jepang, menghasilkan koi tanpa sisik yang di kenal dengan doitsugoi.

Kichigorou Akiyama, pedagang koi di Tokyo kemudian mengawinkan Doitsugoi dengan Asagi dan menghasilkan Shusui.

Kemudian pada tahun 1927, pada era Showa 2, Jyukichi Hoshino dari Ouuchi-no-Jintarou di Takezawa menghasilkan Showa Sanshoku.

Showa Sanshoku generasi pertama , kualitas Sumi dan Hi belum sebagus seperti yang ada sekarang, sebab kala itu masih sebagai koi jenis baru.

Asal Usul Ikan Koi
Penampilan pertama Ogon & pemiliknya Mr. Sawata Aoki

Ogon

Ada pula jenis “Ogon” yang juga semakin menambah aneka  ragam  koi pada jenis doitsu. Sawata Aoki di desa Takezawa pertama kali memproduksi  Ogon pada tahun 1947. Kemudian  dari hasil persilangan  hampir semua jenis koi dengan koi doitsu, menghasilkan banyak jenis koi-koi baru.

 

Mitsukura (Grand Champion pada kontes koi pertama di (Niigata Prefecture Agricultural Festival)

Demikianlah sejarah ikan koi, semoga bermanfaat.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Mengatasi Kolam Bocor Dengan Mudah Step by Step

Cara Menghitung Kapasitas Pompa Filter Kolam Koi

Inilah Tips Memilih Warna Kolam Ikan Koi